Sabtu, Maret 07, 2009

RAIA : in memoriam - 1

RSB Kasih Ibu Purworejo, rabu, 08 Sept 2004, seiring adzan dhuzur

Alhamdulillah wa syukurillah...
doa dan puji kami panjatkan pada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW,
atas limpahan rahmat dan karuniaNYA pada kami...

lahir putri pertama kami, RAIA BIRRU KALJAANI PUJONARKO (RAIA),
dengan berat badan 2.8 kg dan panjang 50 cm..
manis, lucu, nggemesin dan terlihat girly banged...

masa tunggu yang genap 9 bulan 10 hari,
disertai banyak bumbu perdebatan apa, bagaimana dan dimana...
lelah perjalanan udara disambung darat selama 4 jam, dari SBY ke PWR,
ditambah 18 jam penantian yang mendebarkan, terbayar sudah.....
Raia sanggup membayar semua keletihan yang ada,
hanya dengan seulas senyum dan jeritan tangis pertamanya..!!

Duh Gusti...
begitu cantiknya gadis kecilku ini...
begitu besar hadiah yang KAU berikan pada kami...

lembaran baru mulai terbuka untuk terus dijalani,
kami ber-2 mulai menjadi orang tua,
yaaa...kehidupan indah yang jadi angan selama ini,
punya istri manis, punya anak cewek yang cantik....

Purworejo, minggu malam, 12 Sept 2004
sejak selepas maghrib Raia mulai rewel,
menangis...
dan enggan menghabiskan jatah susu formulanya yang hanya 20cc/2 jam,
sementara ASI bundanya memang belum lancar...

seharusnya malam itu waktu untuk kembali pada kesibukan semula,
balik ke SBY untuk terus melanjutkan masa percobaan karyawan baru,
diperusahaan yang baru....

tapi entah kenapa...
berat hati dan pikiran untuk meninggalkan Raia saat itu...
walhasil...
Raia memang jauh lebih berharga sekedar dibandingkan kembali ke SBY...!!

malam yang panjang...
malam yang sangat panjang untuk dilalui kami ber-3,
sebentuk keluarga yang baru belajar meniti untuk lebih dewasa...

Purworejo, senin, 13 Sept 2004
GPL... gak pake lama kata anak sekarang...
Raia diperiksakan ke RSB tempatnya lahir,
sungguh....
kami sangat kuatir karena minumnya yang tidak pernah habis...

Paediatric-nya bilang... jantung Raia agak berisik,
tapi kami diminta tenang...
karena katanya banyak kejadian serupa juga..


aku ngotot... sangat ngotot malahan...!!
aku mau Raia dirujuk ke RS yang lebih besar,
yang lebih komplit prasarananya...

(gila apa...? mempertaruhkan anak hanya karena kita percaya pada DR...?)

NICU RSU.Sardjito Yogyakarta, selasa 14 Sept 2004
kehidupan baru untuk Raia

box disalah satu sudut ruang NICU itu,
mulai menjadi tempat istirahat yang baru,

bagi Raia, gadis kecilku yang imut...
lengkap dengan banyak selang dan kabel disekujur tubuh mungilnya...
dengan beberapa monitor disamping box-nya...

Ya Allah.... ada apa ini....?
kenapa semua ini masuk dalam peredaran orbit kehidupan kami...?
cobaan apa yang hendak KAU berikan pada kami...?

Surabaya...?
sudah sama sekali tak terpikirkan....!!
pekerjaan baru yang masih dalam masa percobaan...?
blassss... sama sekali tak kupedulikan...!!

yang ada dalam otak dan benakku,
Raia harus bisa segera sembuh...
bisa kembali pada pelukan hangat bunda-nya...


secara psikologis, bunda sempat drop...
aku berusaha menguatkannya...
Raia punya bunda yang selalu siap untuk memeluknya...
Raia punya ayah yang udah menjelajahi banyak tempat dan
banyak gunung di endonesiya,

Raia anak yang kuat, sebentar lagi pasti akan sehat lagi....
kiranya begitulah yang selalu kubisikkan,
manakala air mata itu keluar menetes dari sudut bening mata istriku....

Ruang ECG RSU.Sardjito Yogyakarta, kamis 16 Sept 2004
blaaarrrrr....!!!
sepenggal berita dari mulut dokter yang memeriksanya,
menghantam dada hingga sesak tiada tara....
mampu membuat nyawa ini seakan lepas dari raga...

aku menangis tanpa airmata,
disamping sesenggukan isak tangis istri tercinta...

entah apa namanya, aku sudah lupa saat ini,
yang jelas Raia punya kelainan jantung,
tidak hanya 1 macam, tetapi ada beberapa...!!!
hingga menjadikan nilai saturasi darahnya tidak pernah lebih dari 80 %...

peduli setan dengan semua ungkapan dokternya...!!!

yang jadi prioritasku saat itu... Raia harus bisa sembuh...!!!
kembali dengan senyum manis dan tangis manjanya,
pada kami, ayah bunda-nya...

nggak inget pasti berapa banyak yang keluar dari tabungan,
yang pasti sampai harus berhutang juga...
lupa tentang apa saja yang sudah dilego, semua demi Raia...!!

sampai aku pun berkata,
ayah paling paling nggak lulus percobaan ne bun...
biar deh... kita mulai kehidupan baru lagi, dari nol lagi...
di Yogya aja, biar lebih gampang ngurus mbak Aya...
Istriku hanya diam tanpa sepatah kata....

NICU RSU.Sardjito Yogyakarta, minggu 19 Sept 2004
sore, selepas maghrib... didepan lift lantai 4...
takkala bersisian dengan Prof yang merawat Raia...

kalo 1 minggu kedepan kondisinya masih stabil begini,
minggu depan bisa pindah ke ruang recovery ya...

2 minggu direcovery bisa stabil, boleh diajak pulang....
tapi tiap 6 bulan kontrol kesini ya....
kira-kira begitulah yang disampaikan Prof itu padaku...

selepas isya, malam itu juga...
saat ber-2 duduk dikursi depan R.NICU lantai 4...

aku merasa...
aku berfirasat...
sepertinya Allah punya kehendak lain...

waktu kuceritakan pada istriku,
katanya..., mas optimis kalo mbak aya bisa sembuh...
kok sekarang ngomongnya begitu....?

itu jawaban yang keluar dari mulut istriku, setelah reda isak tangisnya...
aku gak bisa menjawabnya...!!!

NICU RSU.Sardjito Yogyakarta, senin 20 Sept 2004
seperti malam malam sebelumnya,
istriku selalu tidur didemangan, rumah tempat kakak perempuannya,
malam aku antar, pagi mruput aku jemput lagi...
sementara aku selalu berusaha terjaga,
meng-tidak pedulikan rasa lelah dan kantuk,

untuk selalu bisa memikirkan Raia...
agar Raia selalu merasa, bahwa ayah bunda-nya selalu ada disampingnya...

dilain sisi,
hanya istrikulah yang bisa melihat dan menemani Raia, disamping box-nya....
sementara aku harus selalu puas hanya dengan info dan kabar,
yang selalu datang tiap 2 jam melalui dokter jaganya...
juga cerita dari istriku, kala jam tunggu sudah habis...

pagi itu, 06.20, setelah menerima info terakhir mengenai kondisi Raia,
aku berkata, dok.. saya pulang sebentar untuk jemput istri,
kalo ada apa2 tolong cepet hubungi HP saya dok...
hal ini tidak pernah aku lontarkan pagi-pagi sebelumnya...!!!

saat berniat minum teh panas, sebagai sarapan pagiku,
sambil menunggu istriku memompa ASI-nya...

(alhamdulillah Raia mulai minum ASI agak banyak,
dan residu-nya mulai jernih...)

dering HP siemens jadulku membuyarkan pembicaraan yang ada,
cepet kesini mas, kondisi Raia turun dratis dalam waktu yang singkat...
begitulah kira-kira yang dokter jaga sampaikan...

gak pake lama, gak pake ba bi bu...
motor kakak ipar aku nyalakan untuk cepat kembali ke RS,
sambil teriak....
bunda nanti minta dianter ya, jangan sendiri, trs cepetan lo...!!!

aku tau, istriku pasti kebingungan dan tergopoh-gopoh,
krn belum selese memompa ASI-nya...


masuk terus... sampai disamping box-nya Raia,
aku melihat seulas senyum manis itu lagi,
setelah lama hanya dengar lewat cerita...

dalam pejaman matanya..., yang aku merasa sangat yakin,
Raia menahan sakitnya untuk bisa bertemu ayahnya....

sinyal monitor detak jantung terdengar begitu lemah,
kadang hilang kadang muncul... ya Tuhaaaan.....
aku menangis...
aku menangis sambil membelai pipi gadis kecilku yang cantik,
aku hanya bisa berkata,
kalo mbak aya mau pulang... ya pulanglah mbak...
ayah bunda ikhlas kok, mbak....
ayah bunda sayang sama mbak aya...
al-fatihah dan sebagainya yang mampu aku ingat,
aku ucapkan lembut, dihadapannya...


laaaapppp....!!!
sekejut remasan lemah tangannya pada jari telunjuk tangan kiriku,
sekilas terangkatnya kelopak mata gadis kecilku...
untuk sesaat memandang raut letih wajah ayahnya...
seungging senyum manis yang tak terkalahkan oleh apapun...
(Duh Gustiiii...!!! senyum termanis yang pernah aku lihat...!!!)
dan perlahan kelopak mata kecil itu kembali menutup...
seiring berhenti gerakan nafasnya...
disertai nada panjang monitor detak jantungnya.....

Duh Gustiiii...
nafasku tercekat ditenggorokan...
jantungku ikut berhenti berdetak...
jiwaku serasa melayang jauh tinggi...
raga bagai tak berpijak diatas dinginnya lantai...
aku hanya mampu tertunduk diam dalam tangis...

sekilas kulirik jam tangan dipergelangan kanan... 07.15 pagi

innalillahi wa inna illaihi rojiun.....

sus...tolong diberesin dulu selang + kabel-kabelnya ya,
tapi jangan pindah anak saya dulu...
bundanya belum dateng...

lepas huruf terakhir dari mulutku,
kulihat istriku berdiri lemas diambang pintu ruangan...
hanya menangis yang bisa terwujudkan saat itu....

Pokak - Tegal duwur - Ceper - Klaten, senin 20 Sept 2004
saat adzan ashar menggema...
saat waktunya kita semua menghadap, memanjatkan doa padaNYA...
saat itu pula, mulai dimasukkannya jenasah Raia ketempat istirahatnya,
yang terakhir kali... yang paling damai dibandingkan apapun didunia...

selamat jalan matahariku....
ayah bunda selalu ada untuk mu.....

1 komentar:

  1. waduh...budhe mu sampai gak tau sayang...maaphin budhe ya...turut berduka cinta om..sik sabar yo..walo telat, tapi aku berdoa to ponakan. smoga jalannya dimudahin Allah

    BalasHapus