Senin, April 27, 2009

RAIA : rumah abadi

sepenggal kenangan yang tersisa,
peristirahatan terakhir putri sulung kami yang cantik...


Sabtu, April 11, 2009

RAIA : in memoriam - 2

Hampa...
Bingung...
Sedih...
Pasrah...
semua campur aduk jadi satu,
sepulangnya RAIA, kembali padaNYA...

Ikhlas....
ya, kami berdua harus belajar untuk lebih ikhlas lagi,
merelakan kepergian RAIA,
untuk kembali padaNYA, pada Sang Khalik...

tetapi harus kami berdua akui,
dengan segala keterbatasan kami sebagai manusia biasa,
masih terasa amat sangat berat menerima cobaan ini,
putri pertama, yang baru berusia 12 hari,
sudah diharuskan pergi menghadap kembali padaNYA,
meninggalkan kami, orang tuanya,
yang baru pertama kali merasakan bahagianya menjadi orangtua...

Ya Allah...
teramat beratnya, sampai sampai aku perlu waktu yang cukup lama,
hanya untuk menuliskan 3 paragraf diatas...
aku pun nggak mengira,
air mataku belum bisa kering saat menuliskan ini...

.....
.....
.....
.....
.....

Nggak ada lagi jerit manja RAIA,
nggak ada lagi rengekan minta gendong dari RAIA,
nggak ada lagi tangis dan tawa RAIA,
semuanya dibawa RAIA,
dibawa pulang kembali padaNYA...

yang tersisa hanyalah sepenggal kenangan,
sepenggal cerita kehidupan...
yang tak akan pernah terlupa seumur hidup ini...

sungguh...!!!
bukan hal mudah...
bukan hal sepele...
bukan hal yang sederhana...,
untuk menghadapi itu semua...

sebagai lelaki, sebagai suami...
ku akui bahwa aku selalu berupaya terlihat tegar didepan istriku...
selalu berusaha untuk menguatkan sisi bathin istriku,
yang amat sangat kutahu, sudah hilang, terpotong sebagian,
untuk dibawakannya pada RAIA, berpulang kembali padaNYA....

hari-hari awal sepulangnya RAIA,
kami masih berada dirumah Klaten,
tempat kediaman orang tua istriku...
masih ada orang tua,
masih ada sanak saudara,
yang membantu melipur duka ini...

saat aku kembali ke surabaya,
untuk melanjutkan proses masa percobaan-ku,
aku sama sekali tak mempunyai harapan,
untuk lolos dari masa percobaanku...
tapi dengan alasan yang kuat pula,
manajemen masih menghendaki dan memberiku kesempatan,
untuk melanjutkan karirku... alhamdulillah ya Allah....

tetapi...
sendiri di surabaya bukan hal yang baik untuk mentalku,
terkadang dan teramat sering kulalui,
malam-malam sepi dengan tetesan airmata,
mengingat kembali semua tentang RAIA...
aku hanya mampu bersimpuh,
memohon dan berdoa padaNYA...
untuk kami semua...

kuakui...
banyak hal sudah kulewati dalam hidup ini,
dan kuingat, airmata ini juga sulit kering,
saat berpulangnya ayahanda tercinta...

tetapi kali ini sangat berbeda,
seakan membawa separuh kehidupanku,
untuk tak bisa lagi kurasakan....
kali ini hampir membuatku putus asa...
berpulangnya RAIA...
membuat separuh asa ini hilang tak mungkin kembali lagi...!!!

Syukur alhamdulillah...
Allah masih teramat sayang pada ku...
diberiNYA kekuatan....
diberiNYA keikhlasan....
hingga aku mampu untuk menjalani semua ini...

hanya saja....
kondisi Bunda cukup memprihatinkan bagiku,
aku cukup memahaminya...
sebagai ibu...
yang telah mengandungnya,
yang telah berjibaku melahirkannya,
tentunya Bunda merasakan kehilangan yang sangat berlipat,
dibandingkan yang kurasakan...

hari-hari yang cukup berat yang harus kulalui,
akupun masih belum cukup kuat menerima semua ini,
tetapi aku pun harus bisa menguatkan bathin istriku...

3 bulan pertama sepeninggal RAIA,
waktu yang teramat berat bagi bunda...
tiap kali istriku merasa kangen pada RAIA,
saat itu pula Bunda harus pulang ke Klaten,
untuk nyekar kemakam RAIA,
entah keinginan itu muncul jam berapa pun,
saat itu pula aku harus siap mengantarkannya keterminal bungurasih,
untuk segera pulang ke klaten....

belum lagi,
setiap bulan bunda selalu membelikan baju dan pernik-pernik,
untuk anak seusia RAIA...
hal ini terus berlangsung hingga bulan ke-enam...!!!
untuk melarangnya, aku masih belum tega dan belum sanggup...
duka itu teramat sangat mendalam...

fyuuuhhhh....
bukan hal yang mudah untuk kami lalui,
sebentuk keluarga kecil yang sedang memulai ceritanya,
yang terhempas oleh kepergian buah hati tercintanya....

masuk bulan ke tujuh,
terjadi perdebatan antara aku dan istriku,
terjadi saat bunda ingin membelikan baju lagi untuk RAIA,
aku coba memberikannya pengertian,
bahwa bukan itu yang seharusnya kami lakukan...

akhirnya bunda cukup bisa menerima hal itu,
setelah kujanjikan....
besok, waktu mbak Aya umur 1 thn, baru kita beliin baju lagi....

itupun masih ditawarnya,
tapi... nggak cuma baju aja lho mbeliinnya...

oke..., tapi gak pake macem-macem ya bun...
hanya itu yang bisa jadi jawabanku....

08 September 2005,
saat RAIA berusia 1 thn...
saat itu pula bunda membelikannya baju dan segala kebutuhan,
mulai dari kaos kaki, sepatu dll...
untuk anak seusia 1 thn.....

lain dari itu,
hanya doa yang bisa kami panjatkan padaNYA,
untuk putri sulung kami tercinta....

masuk tahun kedua,
kehidupan kami mulai berjalan normal kembali,
bunda sudah disibukkan dengan pekerjaannya juga,
walo terkadang jika rasa rindu itu muncul,
tanpa banyak pikir, sabtu kami bunda sudah berada diklaten,
untuk nyekar dan berdoa dimakam RAIA,
senin pagi sudah kembali lagi ada disurabaya,
terkadang aku nemenainya,
tetapi tidak jarang pula bunda pulang sendiri,
manakala pekerjaanku tidak bisa kutinggalkan....

08 September 2006,
saat seharusnya jadi ulang tahun kedua bagi RAIA...

beberapa hari sebelumnya,
bunda sudah minta padaku,
besok ulang tahun mbak Aya yang kedua, dirayain ya yah...
beli kue ulang tahun aja, dirayain kita berdua,
terus ntar kuenya dibagi-bagi ketetangga....

duh Gusti....
berat hati ini untuk menolak permintaan istri tercinta,
tetapi juga bimbang hati ini untuk meng-iya-kannya....

akhirnya, dengan beberapa pertimbangan...
jadilah kami berdua merayakan ulang tahun RAIA yang kedua...



selamat ulang tahun sayang....
mbak Aya selalu ada dihati ayah bunda...
doa ayah bunda selalu buat mbak Aya...

Ya Allah...
terima kasih atas segala rahmat & nikmatMU...
walau hanya sesaat,
untuk kami dapat menimang putri sulung kami yang tercinta...
...amin